Pages

21 January, 2025

Feeling Wholesome: A Day of Uncommon Experiences

When was the last time you felt truly alive?

Today, I feel truly wholesome. I took a leave from work to focus on two important things: obtaining my driving license and completing the final test for my IELTS preparation class.

The day started as usual at 7:30 AM. While my father kindly took my son to school, I headed to the police bureau to handle my driving license documents. Although I faced a few hurdles in completing the paperwork, I managed to get everything done by 9:30 AM. Unfortunately, I didn’t pass the theoretical exam this time. Despite that, I decided to keep my spirits up and grabbed brunch at a small warung nearby.

Next, I went straight to my IELTS preparation class for the final test. Time management, especially in the reading section, was a real challenge. It was exhausting to focus on texts that were difficult to comprehend, but I pushed through and completed the test. After nearly three hours in the exam room, I finally stepped out and headed to the canteen for lunch.

Meeting my classmates in person after the test was a refreshing change. We had casual conversations that went beyond our usual classroom interactions, and it felt great to connect on a deeper level. After the chitchat, I managed to complete some work and then met with a colleague during an unexpected downpour. Thankfully, I arrived safely at my colleague's office around 3 PM, despite the heavy rain.

Our conversation turned into a casual chat about both work and life, which was a welcome break from our usual work-related discussions. By late afternoon, I had to head home, braving the rain, to spend time with my son.

For the first time in a while, I was able to sit down with him before 6 PM. We spent the evening together drawing, his latest favorite hobby, until 7 PM.

Today, I felt fulfilled because I broke out of my regular routine, tackled some significant tasks, and met new people along the way. It reminded me that fortune isn’t always about material wealth; it’s about the blessings we encounter in various forms. 

cheerio!

29 July, 2021

A Post in My 30th Birth Day🍰

 29 Juli 30 years ago...


Age is just a number they say. Ya iya sih. Bagiku juga gitu. Sekarang kupikir-pikir, umur nggak berarti apa-apa kalau ngga ada yang berubah signifikan di hidup kita. Neither a year ago nor today, aku masih menghadapi kecemasan yang sama, bedanya mungkin jadi nambah aja karena sekarang udah ada si kecil hahahaha ya for most people, imho, being older means more burden to bear. Tapi nggak selalu juga begitu juga. Ada orang yang usianya makin tua, jadi makin chill, santuy atau nggak serius-serius amat hidupnya.

Anyway, bicara soal menjadi dewasa. Tepat di hari ini juga entah kenapa aku dicurhatin seorang teman dekat (bagiku) yang cerita soal bagaimana ia merasa belum matang secara emosi dan itu dianggap belum dewasa. Aku ngga bisa jawab banyak, karena apa yang ia alami hampir serupa denganku. Dan menurutku ngga papa juga sih, saat kita belum dewasa dan sudah bagus malah kita nyadar dan berniat mau memperbaiki / upgrade diri kita.

Jadi what's the point I would deliver is, being adult is not that easy and it's okay to admit it. Just feel it. Live your life!


Happy Thursday!🍻

24 June, 2021

Update Cerita Kehidupan: Hamil dan Melahirkan

 Hello blog!

Tiga tahun berselang dari aku terakhir nulis di blog ini, ternyata aku sudah menjadi perempuan dengan seorang anak hahahaha What a magical life it is! 

I never imagined that! Banyak hal yang ingin kutulis, berbagai perasaan overwhelmed menjadi ibu, drama kehamilan dan melahirkan and so on and so on.

Rutinitasku berubah dalam sekejap. Ada prioritas baru yang harus dijaga. Ada seorang anak yang harus kurawat dan kubesarkan dengan kasih sayang dan kesabaran hahahaha skip.

Sebenernya pengen nulisin pengalaman kemarin melalui kehamilan dengan gentle birth, yang menurutku sih gentle yaaa

tapi musti mulai dari mana ya?

Well, let's start from the scratch !

Kehamilan

Aku tahu hamil saat sudah lewat usia kandungan 7 minggu, ternyata belajar kespro ngga serta merta bikin aku bener-bener well prepared sama masa kehamilan. Diawali dari keganjilan di tubuhku yang aku coba menerka-nerka, payudara terasa nyeri tiap dibuat tidur, nggak nyaman, sering mual dan tentunya terlambat haid.

Aku sempat telat cek lab, karena menunggu reagen atau apalah dari lab milik pemerintah yang tak kunjung ada kabar. Alhasil aku tes TORCH untuk memeriksa potensi risiko di kehamilanku. Ternyata aku shock dong, begitu tau kalau ada hasil yang positif, yaitu rubella. Sempat galau, nangis dan dibawa pikiran. Akhirnya nyari alternative opinions, and long story short, berakhir juga kegalauanku. 

Takut Perineum Robek

Aku mulai cari tahu, gimana mempersiapkan kehamilan, karena aku punya ketakutan besar tentang melahirkan akibat cerita pengalaman buruk si anu si itu. Akhirnya aku beli buku tentang gentle birth nya Bidan Yessi, mulai ikut yoga sendiri atau sesekali latihan bareng meski saat itu awal pandemi Covid-19, beli rekaman afirmasi positif, ndengerin audio afirmasi tiap malam menjelang tidur, bahkan aku masih nge gym hahahaha inget banget aku paksain buat ikutan peleton, sebenarnya karena alesan sayang member nya bakal nggak kepakai makanya terus ikutan kelas-kelas atau latihan sendiri, meski udah gak ikutan Body Combat.

Sempet pengen ikut pijet perineum hahaha tapi belum jadi. Karena aku pengen punya perineum utuh saat lahiran, biar nggak drama sakitnya. Meski at the end, it was not that bad, at all!

Akhirnya, yang ditunggu pun tiba.

Menjelang kelahiran, aku mencari doula, orang yang bakal bantuin aku lahiran, mendampingin lebih tepatnya. Karena aku tidak didampingi suamiku (kami LDM) dan aku butuh orang yang betul-betul bisa membantuku melalui ini dengan profesional (apansih). Singkat cerita, aku ketemu doula ku harusnya ada 1-2 kali pertemuan sebelum Due date, tapi karena lahiranku tiba duluan sebelum kami bertemu jadilah kami baru bertemu di kamar inap. Tapi kita udah ketemu sih, di kelas online buat bahas persiapan kelahiran yang mana aku juga udah ikutan kelas private. Aku inget banget nanyain soal KPD atau ketuban pecah dini, gimana cara ngadepinnya dan seperti apa tandanya. Beneran dong, aku ngalamin KPD besokannya. 

Nggak tahu rasanya kontraksi

Kata orang ini sakit banget. Tapi aku nggak tahu kayak apa tandanya, maksudnya kalau nggak ngerasain langsung mana tau kan? Meski secara teori kubaca berkali-kali, kalau tanda-tandanya demikian demikian. Menurutku sakitnya kayak mules orang lagi menstruasi, belakangan kontraksi yang lebih nggak nyaman itu kalau kita lagi mules kayak kebelet boker. Nggak enak banget kan?
Tapi kalau di gentle birth, itu adalah gelombang cinta. Pertanda buah hati mau lahir. Malam hari aku udah ngilu kesakitan tapi masih bisa ditahan, buat rebahan dan glundang glundung, jam 2 pagi aku kebangun karena gempa. Jam 5 pagi kebangun tiba-tiba karena ngerasa ada yang nggak beres dan beneran langsung air mengucur dari vagina begitu aku berdiri. Kutahan ga bisa dong, air terus ngalir. Wah beneran nih, udah rembes ketubannya. Tapi kok nggak berenti? Yah, jangan-jangan ketubannya pecah duluan, padahal belum bukaan. Singkat cerita, aku ke rumah sakit nunggu habis subuh dan ketemu orang tuaku di RS. Oiya aku udah menginap di rumah mertua sejak masa kehamilan akhir, karena rumah mertua dekat dengan RS aku kontrol. Kalau KPD udah nggak bisa tuh goyan-goyang, jalan-jalan atau gerakin panggul. Karena harus bed rest agar cairan ketuban nggak habis sebelum adik lahir. Akhirnya aku bed rest sambil menikmati gelombang pacuan. Aku di pacu dari jam 10 pagi, kemudian jam 4 sore, lalu jam 10 malam. Dari awalnya bukaan satu sempit jadi cuma bukaan 1 longgar di jam 10 malam. Panik dong? Panik lah! 

Gimana sih lahiran nggak didampingin ibu sendiri dan malah orang yang baru pertama ketemu, alias doula?

Aku ditemani adik ayah, yang udah pengalaman melahirkan lima kali. Karena emang masih muda dan available maka bulik bisa nemenin aku di RS. Oiya karena faktor usia dan kenyamanan kamar inap, ibuku tidak kuminta dampingi dan memang tidak akan banyak membantu hahahaha... Doula baru dateng jam 10 sata aku dipacu dengan obat ketiga. Sebelum datang aku telponan sama suami, kita nyanyi-nyanyi lagu favoritku, lagu-lagunya Bob Marley sambil menunggu doula dan buat mengalihkan rasa nggak nyaman. Akhirnya begitu doula dateng, aku mulai dipijat, biar rada enakan. Meskipun pada akhirnya aku memilih melaluinya 'sendiri' saja. Doula aku suruh diam, hahahaha dan duduk saja. Aku coba merem sambil atur nafas dan visualisasi. 

Lama kelamaan aku mengganti posisi rukuk seperti shalat sampai akhirnya terasa pengen pup dan saat di VT (vaginal touch) udah bukaan 9. Dibawalah aku di kamar bersalin. Doula membantuku sekali melewati proses ini, mengingatkan apa yang bisa dilakukan agar mempermudah semua proses. Bahkan sempat video call suami untuk menyaksikan aku bersalin. Akhirnya jam 2 pagi anakku lahir yaaaay!

Berat 3,050 kg, lahir di hari pertamaku cuti. Semua sesuai afirmasi hahahaha.

Habis lahiran kami nunggu beberapa saat dengan ngobrol sama bulik dan doula. 

Di situ doula menegaskan kalau apa yang kulalui tidak seburukku yang kukira, tadinya aku sempat kapok sama rasa kontraksi yang kualami. Tapi dia sendiri yang menyaksikan bagaimana aku handle itu semua, dan dia bilang tidak ada yang traumatik, seharusnya, bagiku. #imho

Oiya saat dijahit perineumku, doula sangat membantuku dengan menenangkan dan mengalihkan fokusku agar tetap tenang. 

Kurasa makin kesini, gentle birth membuktikan kalau lahiran itu nggak bikin kapok sih hehehehe

17 June, 2018

NEWS

Hello..

Udah lama banget yak aku gak nulis di blog ini. Banyak hal sudah terjadi di dalam hidupku sejak aku post tulisan terakhir di blog (tahun lalu). Telah banyak peristiwa, kabar baik dan hal-hal penting lain yang terjadi di dalam hidupku.


  1. Aku sudah mengundurkan diri dari pekerjaan full time pertamaku sejak Bulan Februari 2017.
  2. Aku kembali diterima bekerja purna waktu di Bulan Oktober 2017.
  3. Di Bulan Mei 2018 aku (akhirnya) menikah, satu hal yang masih bisa belum kupercaya sampai saat ini wkwkwk
  4. Ayahku pensiun baru saja di Minggu ketiga Bulan Mei 2018. Ini artinya kedua orangtuaku sudah pensiun semua dan sehari-hari akan banyak menghabiskan waktu di rumah.
  5. Satu persatu teman dekatku menikah dan mulai meninggalkan Jogjakarta.
  6. Right after aku resigned, aku akhirnya pergi juga ke Lombok (finally!), sebuah tempat yang kuidamkan untuk berlibur meski saat itu tujuanku adalah untuk mengunjungi sanak famili.



Well, people come and go after all, life changes. C'est La Vie~

Fotoku tadi sore (17/6) di Dermaga Kereng Bangkirai, Palangkaraya, Kalimantan Tengah